Adhi Commuter Properti IPO Rp 1,5 Triliun

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menargetkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham anak usahanya, PT Adhi Commuter Properti (ACP), pada Juni 2021. Target dana IPO tersebut Rp 1,5 triliun. Direktur Keuangan Adhi Karya Agung Dharmawan mengatakan, pelaksanaan IPO ACP memang mengalami penundaan akibat pandemi Covid-19 dan sebab lainnya. "Namun, kami melihat sudah ada tanda-tanda pemulihan ekonomi setelah adanya penemuan vaksin dan lainnya, sehingga sekitar April dan Juni 2021 ekonomi mulai membaik dan ACP siap IPO saham," kata dia dalam Webinar Samuel Sekuritas, baru-baru ini. Agung menegaskan, dana hasil IPO saham akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang sedang dikerjakan ACP. Untuk menambah dana ekspansi tersebut, Adhi Karya melalui anak usahanya juga akan menerbitkan medium term notes (MTN) sebesar Rp 500 miliar tahun ini. Kemudian tahun depan dan sebelum IPO ACP, perseroan akan kembali menerbitkan surat utang. "Kami masih memiliki alokasi belanja modal sekitar Rp 1 triliun yang penggunaannya dialihkan dari tahun ini ke tahun depan. Kami juga akan menerbitkan surat utang untuk mendanai belanja modal," ucap dia. Tahun ini, Adhi memiliki sejumlah proyek yang sedang digarap, yaitu proyek pembangunan jalan tol Binjai-Langsa, jalan tol Jogja-Solo-Kulonprogo, enam jalan tol Jakarta Lingkar Dalam, Cikunir-Ulujami Elevated Ring Road Toll, proyek kontruksi melalui PT Adhi Persada Gedung (APG), proyek industri melalui PT Adhi Persada Beton (APB), proyek properti melalui PT Adhi Persada Properti (APP) dan ACP, serta proyek pengelolaan air dan pengelolaan sampah. Tahun ini, menurut Agung, perseroan fokus pada proyek berskala kecil, namun dengan pembayaran konvensional. Kendati demikian, perusahaan juga menggarap proyek besar, tetapi dengan skema pembayaran yang jelas. Saat ini, lanjut Agung, perseroan masih meneruskan proyek light railway transit (LRT) yang sudah berkembang 78%. Proyek LRT ditargetkan akan bisa selesai, baik dari sisi prasarana dan konstruksi pada Juni tahun depan. Agung mengungkapkan, kontrak dari proyek ini mencapai Rp 23,3 triliun dengan interim payment yang sudah diterima mencapai Rp 10,8 triliun. Lebih lanjut, Adhi Karya juga menjadi kontraktor untuk pembangunan jalan tol Aceh-Sigli. Nilai proyek dari jalan tol tersebut mencapai Rp 7,7 triliun dan target pembayaran yang diterima tahun ini mencapai Rp 1,7 triliun. "Ke depan, proyek besar yang akan kami garap adalah jalan tol Jogja-Solo dengan porsi investasi kami sekitar 24% atau mencapai Rp 2,3 triliun," terang dia. Sementara hingga September 2020, Adhi Karya membukukan kontrak baru sebesar Rp 6,2 triliun. Nilai ini meningkat 67,6% dari periode Juni 2020, namun turun 18,4% dari raihan periode sama tahun sebelumnya. Dari kontrak tersebut, perusahaan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 8,5 triliun, menurun 5,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan paling banyak dikontribusi dari sektor kontruksi dan energi sebesar 79,5%, properti 13% dan industri 7,5%. Pendapatan tersebut membuahkan laba bersih Rp 15,6 miliar pada September 2020. Laba bersih ini menurun 95,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.